5 Alasan Anda Tidak Perlu Mudik di Masa Pandemi

5 Alasan Anda Tidak Perlu Mudik di Masa Pandemi

Konten [Tampil]
Ditinjau oleh: dr. Qanissa Afianti Razzqy
Publish tanggal: Apr 14, 2021
Update terakhir: Apr 14, 2021

Banyak orang menantikan momen lebaran untuk mudik ke kampung halaman dan bertemu sanak saudara. Namun, mudik di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, sebaiknya Anda tetap berada di rumah agar tetap aman. Bepergian ke luar kota akan meningkatkan kemungkinan Anda terinfeksi virus SARS-CoV-2. 



Mencegah penyebaran COVID-19 adalah prioritas. Berikut ini 5 alasan mengapa Anda tidak perlu mudik saat lebaran di masa pandemi seperti saat ini. 


1. Meminimalisir kemungkinan terinfeksi


Semakin sedikit orang di sekitar Anda, semakin rendah pula kemungkinan Anda terinfeksi. Saat Anda tidak mudik dan tetap berada di rumah, Anda juga membantu menghentikan penyebaran virus ke orang lain. Jangan pergi ke tempat yang ramai. 


Selalu ikuti pedoman dari pemerintah setempat tentang kapan Anda dapat meninggalkan rumah. Siapkan persediaan seperti makanan dan obat-obatan, sehingga Anda tidak perlu keluar rumah terlalu sering.


Cara penyebaran COVID-19 yang paling utama adalah kontak dari orang ke orang. Kontak ini lebih dari sekadar menyentuh, tetapi juga kontak saat seseorang batuk atau bersin di dekat Anda, tetesan (droplets) dari hidung dan mulutnya akan terbang ke udara dan bisa menempel di tubuh Anda. Droplets dari seseorang yang positif COVID-19 mengandung virus di dalamnya. Jika Anda menghirup tetesannya, virus akan masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. 


Jika Anda terpaksa untuk keluar rumah, terapkan protokol kesehatan yang berlaku untuk melindungi diri sendiri. Anda harus menerapkan jarak sosial (social distancing), yakni memberi jarak setidaknya 6 kaki atau 2 meter dari orang lain.


2. Risiko terpapar COVID-19 di perjalanan


Peluang Anda tertular COVID-19 saat mudik tidak hanya bergantung pada lama perjalanan dan jumlah pemberhentian, tetapi juga pada apakah Anda dan orang di sekitar Anda melakukan tindakan pencegahan, seperti memakai masker dan memberi jarak fisik setidaknya 6 kaki atau 2 meter dari orang lain. 


Selama perjalanan dengan mobil, berhenti di sepanjang jalan untuk mengisi bensin, makanan, atau kamar mandi dapat membuat Anda dan teman seperjalanan Anda berhubungan dekat dengan orang lain dan permukaan yang sering disentuh. 


Bandara, stasiun, terminal, dan halte peristirahatan adalah tempat para pelancong dapat terpapar virus melalui droplets saat batuk dan bersin atau menyentuh droplets di permukaan tertentu. Ini juga merupakan tempat yang sulit untuk menjaga jarak. 


Secara umum, semakin lama Anda berada di dekat seseorang yang positif COVID-19, meskipun mereka tidak menunjukkan gejala, semakin besar pula kemungkinan Anda tertular.


Pastikan Anda selalu memakai masker di tempat umum jika Anda terpaksa harus pergi.  Masker diperlukan di pesawat, bus, kereta api, dan transportasi umum lainnya.


3. Fasilitas kesehatan di daerah lebih terbatas


Alasan tidak perlu mudik saat lebaran di masa pandemi yang berikutnya yaitu fasilitas kesehatan di daerah lebih terbatas daripada di pusat kota. Saat ini Indonesia belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk menangani pasien terkonfirmasi positif COVID-19, bahkan di Jakarta yang merupakan ibu kota negara Indonesia. 


Jika virus SARS-CoV-2 menyebar hingga ke daerah, risiko pasien terkonfirmasi positif yang terlantar akan semakin bertambah. Ini semua karena keterbatasan sumber daya manusia dan kapasitas rumah sakit. 


Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Indonesia hanya memiliki 1 tempat tidur di rumah sakit untuk setiap 1.000 orang. Ini merupakan jumlah paling rendah di Asia Tenggara. Pada tahun 2017, WHO memberikan data bahwa Indonesia hanya memiliki 4 dokter untuk menangani setiap 10.000 pasien. 


Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa fasilitas kesehatan yang tersedia tidak sebanding dengan lonjakan pasien positif COVID-19. 


Contoh nyata dari keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah yaitu di Papua. Dari sebanyak 202 ruangan isolasi di Papua, hanya ada 2 ruangan isolasi yang memenuhi standar WHO. 


Sebaiknya pertimbangkan lagi jika Anda ingin mudik ke daerah yang jauh dari pusat kota. Tidak ada yang tahu kapan Anda akan terinfeksi virus COVID-19. Lebih baik cegah dari sekarang dengan tidak mudik saat lebaran. 


4. Harus Melakukan Isolasi Mandiri


Selain memenuhi syarat perjalanan ke luar kota, Anda juga harus melakukan isolasi mandiri sesampainya di kampung halaman. Sejumlah provinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menetapkan setiap pemudik yang berasal dari kota terdampak COVID-19 sebagai orang dalam pemantauan (ODP), sehingga wajib melakukan isolasi mandiri.


Berikut ini protokol kesehatan mandiri yang dibagikan di p2ptm.kemkes.go.id:


  • Selalu memakai masker jika berada di dekat orang lain dan membuang masker bekas yang sudah dipakai ke tempat yang ditentukan. 
  • Jika Anda memiliki gejala demam, flu, dan batuk, sebaiknya Anda tetap berada di rumah. Jangan pergi bekerja, sekolah, ke pasar, ke tempat umum, apalagi mudik untuk mencegah penularan virus di masyarakat. 
  • Manfaatkan fasilitas telekonsultasi (konsultasi online) atau sosial media kesehatan dan hindari penggunaan alat transportasi umum. Beri tahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala yang Anda alami, serta riwayat perjalanan Anda jika pergi ke daerah yang terjangkit atau melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19. 
  • Selama berada di rumah, Anda bisa bekerja di rumah (work from home). Gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya dan beri jarak setidaknya 1 meter dari anggota keluarga lainnya. 
  • Lakukan pengecekan suhu tubuh secara teratur dan amati adanya gejala batuk atau sesak napas. Hindari pemakaian bersama peralatan makan, mandi, dan tempat tidur. 
  • Terapkan perilaku hidup sehat dan jaga kebersihan. Selain itu, konsumsi makanan bergizi, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta lakukan etika saat batuk dan bersin untuk mencegah penyebaran virus lewat droplets
  • Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan menyemprotkan cairan desinfektan. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi, kurang lebih selama 15 hingga 30 menit. 
  • Segera hubungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika sakit Anda berlanjut, seperti sesak napas dan demam tinggi.

5. Menurunkan Kurva Kasus COVID-19


Kurva digunakan untuk menunjukkan seberapa cepat virus COVID-19 dapat menyebar dan efek intervensi seperti jarak sosial. Social distancing dapat memperlambat penyebaran virus COVID-19 dari satu orang ke orang lain. Sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai puncak atau jumlah infeksi tertinggi.


Kurva yang landai menunjukkan adanya penurunan kasus COVID-19. Kondisi ini memungkinkan layanan perawatan kesehatan, termasuk rumah sakit, tidak kelebihan beban dan dapat mempertahankan kapasitas untuk mengatasi pasien baru. 


Ini alasan mengapa Anda tidak perlu mudik saat lebaran di masa pandemi. Tetap berada di rumah adalah pilihan terbaik untuk melindungi Anda, keluarga, dan orang di sekitar Anda agar tidak terpapar virus COVID-19. 


Jika Anda atau keluarga memiliki gejala COVID-19, sebaiknya segera pesan tes PCR di rumah sakit melalui Smarter Health. Kami akan membantu mempermudah Anda dalam mengakses layanan kesehatan kapan pun Anda membutuhkannya. Pesan tes PCR atau antigen COVID-19 sekarang.

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention (2021). Safer Travel Ideas.
Smarter Health https://ift.tt/3ehmhFV
Baca Juga :

Artikel Rekomendasi :

Lebih baru Lebih lama
close