Demi membantu kedua orang tuanya, anak ini tak pernah mengenal kata lelah.
Ya, anak seusianya yang seharusnya masih bisa bermain dengan teman sebayanya, dia lebih memilih membantu kedua orang tuanya.
Dia memilih menjadi “mata” bagi orangtuanya yang tunanetra membuat banyak netizen terenyuh.
Tak hanya itu, netizen juga ikut merasa salut serta sedih melihat pemandangan yang begitu memilukan ini.
Aksi kebaikan anak ini menjadi viral di media sosial dan sedang hangat diperbincangkan baru-baru ini.
Anak itu tak kenal kata lelah demi membantu orang tuanya menyelusuri jalan untuk mengais rezky.
Ia setia menemani kedua orang tuanya yang ditemani adik kecil dipangkuan ibunya.
Senyum bahagia pun terpancar di wajah anak itu, tak ada kata mengeluh atau bahkan marah dengan keadaannya.
Bahkan anak itu sesekali membungkukkan tubuhnya agar orang tuanya bisa dudu dan beristirahat sejenak.
Setelah ditelusuri, si pengunggah yang membuat viral pertama kali merupakan seorang netizen Filipina dengan akun bernama John Cuenca Alterado.
Pria tersebut mengunggah postingan pada tanggal 12 Februari 2020 saat melintasi sebuah jalan di Kota Polanco, Provinsi Zamboanga del Norte, Filipina.
Salah satu penggalan caption bertuliskan “Cinta itu buta”.
Postingan yang dibagikan berhasil viral di Facebook setelah mendapatkan lebih dari 11 ribu Like dan ribuan komentar dari netizen. Sangat menyentuh hati, postingan bahkan telah dibagikan lebih dari 17 ribu kali.
Netizen sangat terenyuh ketika melihat raut wajah sang bocah yang bergembira saat menjadi mata bagi orangtuanya yang tunanetra.
Dikutip Hitekno dari GMA News, seorang anak yang membuat netizen terenyuh merupakan anak yang bernama Dodong.
Ia adalah anak dari Obet dan Rowena Gargoles. Kedua pasangan ini sama-sama tidak bisa melihat.
Perjuangan seorang orang tua tak pelak hanya untuk anaknya seorang.
Seperti kata pepatah, apapun yang akan di lakukan orang tua demi anaknya, pasti akan ia lakukan.
Sama halnya yang terjadi dengan Rahmat (35), Pengorbanan yang luar biasa dilakukannya demi anak tercinta.
Sebagai seorang ayah, ia tak tega melihat anaknya, Siti Rahayu (7), jatuh sakit dan butuh untuk mendapatkan perawatan.
Saat ini Siti Rahayu tak bisa berjalan.
Terlihat dalam sebuah video yang di upload oleh akun instagram omg.indonesia.id.
Siti Rahayu di gendong oleh ibunya yang sedang berjalan dengan Rahmat untuk menjual Ginjalnya.
Tertulis pula selembar kertas karton yang tergantung di leher Rahmat dengan tulisan, “Saya jual ginjal untuk biaya pengobatan anak saya penyandnag Disabilita”.
Tak hanya itu, Siti Rahayu ternyata menyandang penyakit disabilitas dan epilepsi akibat panas tinggi yang dialami saat berusia 9 bulan.
Dilansir dari Tribunmedan.com, Rahmat pun menekatkan diri menjual ginjal untuk biaya pengobatan sang buah hati.
Rahmat setiap hari berprofesi sebagai satpam kompleks perumahan.
Rahmat menceritakan bahwa gaji yang ia dapatkan sebesar Rp 1.1 juta per bulan.
Biaya itu nyatanya tak bisa menutup biaya pengobatan Siti Rahayu yang bisa mencapai Rp 3 juta per bulan.
“Gaji saya gak cukup, meskipun istri saya juga bekerja dengan penghasilan Rp 45 ribu per hari,” ucap Rahmat.
Sambil meneteskan air matanya, Rahmat mengaku kondisi anaknya semakin haru semakin parah.
“Kadang dia (Siti Rahayu) kumat, kejang-kejang. Dokter mengatakan epilepsi bang,” tuturnya.
Dikutip dari Tribun Medan, Rahmat menjajakan ginjalnya di Simpang Kampung Lalang, Medan.
Sesekali ia berhenti pada pengendara mobil dan motor sembari menyatakan keinginannya.
“Pak, saya berniat mau jual ginjal pak, berniat jual ginjal,” ucapnya sambin menawakan kepada pengendara.
Tak hanya menjual ginjal, sebelumnya Rahmat juga pernah menjual darah di rumah sakit.
“Saya mendapatkan uang Rp 1 juta dan Rp 500 ribu dari dua kali jual darah,” katanya.
Pria yang beralamat di Jalan Cenderawasih, Gang Bogel, Dusun XVI Sentosa KM 12 Deliserdang, mengaku tak memiliki Kartu Indonesia Sehat.
“Saya terpaksa membayar BPJS mandiri. Ini pun sudah nunggak 2 bulan,” jelasnya.
Siti Rahayu sebenarnya memiliki kakak dan adik, namun keduanya sudah meninggal dunia.
“Anak saya pertama telah meninggal karena sakit panas tinggi juga dan adiknya juga. Kami tak sanggup membiayai perobatannya,” tutur Rahmat.
Sementara itu, hal senada disampaikan istri Rahmat, Rosmiel Simatupang (33).
Rosmiel mengatakan, anaknya kerap sakit dan bolak-balik di rawat inap.
“Dia nangis, sampai bisa buang air di celana. Hingga umur 7 tahun ini belum bisa berbicara,” pungkas Rosmiel Simatupang.